Kamis, 20 Maret 2014



Sejarah kelahiran Komando Pasukan Khusus sebagai satuan tidak terlepas dari rangkaian bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia, pada bulan Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh kelopok yang menamakan dirinya RMS (Republik Maluku Selatan). Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut. Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima tentara teritorium III Kolonel A.E Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk Letkol Slamet Riyadi.
 
Operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan, namun dengan korban yang tidak sedikit dipihak TNI. Setelah dikaji ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang  relatif lebih kecil sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar. Hal ini ternyata bukan hanya  disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
 
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk mempelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya. Setelah gugurnya Letkol slamet Riyadi pada salah satu pertempuran A.E Kawilarang.

Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/ Inst / PDS /52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “ Korps Baret Merah ”. Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia II.
Dalam perjalanan selanjutnya satuan ini beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1953, Resimen Pasukan  Komando Angkatan Darat) pada tahun 1952, selanjutnya pada tahun 1955 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD), berikutnya pada tahun 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (KOPASSANDHA). Pada Tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.
Setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasi, sesuai Surat Panglima TNI Nomor : B/563-08/05/06/ SRU tanggal 23 Maret 2001, maka struktur organisasi Kopassus saat ini terdiri dari :

-    Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka  “ TRIBUANA CHANDRACA SATYA DHARMA”.
  
-    Grup-1/ Parako,   berkedudukan   di Serang dengan sesanti Dhuaja “ EKA WASTU BALADIKA ”.

-    Grup-2/ Parako, berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja “ DWI DHARMA BIRAWA YUDHA”.

-    Grup-3/Sandha, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ CATUR  KOTTAMAN  WIRA  NARACA  BYUHA ”.

-    Pusdikpassus, berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana “ TRI YUDHA SAKTI ”.

-    Satuan-81/Gultor berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ SIAP SETIA BERANI “.



 
 Pataka Komando Pasukan Khusus 'Tribuana Chandraca Satya Dharma'
Lambang atau gambar yang terdapat pada Pataka Kopassus sama dengan emblem yang dikenakan setiap anggota di baretnya. Mula-mula emblem dirancang oleh Letda Inf Dodo Sukanto tahun 1955 selaku perwira Biro Pengajaran yang dibantu oleh juru gambarnya Sersan Hasan. Lambang memadukan unsur Komando (gambar pisau komando), unsur laut atau air (digambar dalam bentuk jangkar) dan udara (gambar sepasang sayap) yang dibingkai oleh tali komando. Pada tahun 1964, lambang tersebut dirampingkan dengan menempatkan gambar pisau komando dibagian depan, tetapi gambar dan tandanya pada prinsipnya tidak berubah.Lambang itulah yang dipergunakan sampai sekarang seperti terlihat di emblem maupun di Pataka Kopassus.

Penjelasan Tribuana Chandraca Satya Dharma:
a.         TRIBUANA atau Tiga Jagad:
    1)         Sebagai manusia hamba Tuhan yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna maka dalam pribadinya terdiri dari tiga unsur yaitu cipta, rasa dan karsa yang harus diaktualisasikan sebagai karya nyata.
     2)         Sebagai prajurit harus mampu berkiprah di tiga matra yaitu darat, laut dan udara.
b.         CHANDRACA:
     1)         Sebagai senjata ampuh berbentuk tombak bermata tiga dan hanya digunakan pada saat terakhir dalam pertempuran.
     2)         Senjata ampuh yang berbentuk kecil menggambarkan bahwa Pasukan Khusus meletakkan kemampuan di atas jumlah dan digunakan untuk tugas-tugas yang bernilai strategis.
c.         SATYA DHARMA: Kesetiaan dan dedikasi sebagai sifat yang tidak terpisahkan dari sifat luhur prajurit yang dijiwai Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar